Kamis, 13 Desember 2012

TRANSFORMASI NILAI AKHLAK DARI GURU SHOLEH DAN SHOLEHAH

Perbedaan paling mendasar antara muslim dan kafir terletak pada ketinggian akhlaknya. Bagi seorang muslim atau muslimah, akhlak merupakan buah keyakinan yang benar terhadap Islam (aqidah) karena dengan berislam yang benar maka ketinggian nilai-nilai akhlah dapat dicapai.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw (semoga kita memperoleh syafaatnya di Yaumil Akhir) mengatakan bahwa :
                “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”
Dan hadits ini pun diperkuat Allah dengan Firman Nya dalam surat Al Baqarah ayat 151 yang artinya Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Demikianlah dapat dikatakan bahwa ketinggian akhlah langsung berasal dari sumber  Yang Maha Mulia yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada para manusia yang dimuliakannya pula yaitu Rasul-RasulNya.
Apakah kita tidak tertarik untuk memiliki ketinggian akhlak bagai para anbiya ?
Tugas dan Fungsi Guru
Menurut Drs.Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional bahwa tugas guru sebagai profesi meliputi Mendidik, mengajar dan Melatih.  Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan keterampilan pada siswa.
Sepertinya sangatlah sederhana tugas tersebut, karena hanya tiga poin penekanannya. Namun pada dasarnya aplikasi tugas dan fungsi tetap harus di up grade atau diperbaharui dari sumber sumber yang baik dan benar pula.
Misalnya dalam hal mendidik, bahwa nilai nilai hidup baik yang terkodifikasi seperti undang undang, Al Qur’an dan As Sunah serta peraturan lainnya yang tertulis, dapat dibaca kemudian difahami untuk segera diamalkan. Kita tidak dapat bertahan dengan kemandegan ilmu, monoton atau tidak bertambah alias jalan di tempat. Dengan keterbatasan kapasitas sangat layak bagi guru senantiasa belajar dan belajar terutama yang berkenaan dengan nilai nilai hidup, karena akan ditransformasikan kepada peserta didiknya. Begitu juga halnya dengan mengajar dan Melatih. Keduanya juga harus terus diperbaharui atau  di up date agar selalu tetap actual dan tidak kuno.

Sistem Akhlak
                Dalam  Islam, akhlak merupakan persoalan mendasar. Disebabkan karena benarnya keyakinan atau aqidah yang dianut. Akhlak dapat pula diumpamakan buah aqidah, karena semakin benar aqidah seseorang maka benar pula akhlahnya. Contoh terdahsyat yang ada di dunia ini adalah kepribadian Rasulullah saw yang menjadi sumber model yang wajib ditauladani, seperti dalam al Quran surat Al Ahzab ayat 21,
Yang artinya Telah ada pada diri Rasulullah teladan yang baik bagimu…..
Akhlak-akhlak baik Rasulullah bahkan terkodifikasi dalam sebuah peraturan yang bernama Sunnah, bahkan satu nilai pahala kebaikan bila kita melaksanakannya.
                Dalam Al Islam jilid 4 karangan Said Hawwa dikatakan bahwa Perbedaan asasi antara manusia dan binatang ialah, manusia diberi berbagai potensi, yang dengan potensinya itu, ia pantas menerima tugas. Dengan potensi yang Allah berikan sangatlah manusia tidak layak menolak tugas-tugas yang diberikan  karena dengan penolakan beban (taklif) yang harus diemban, maka Allah mencerca manusia dengan derajat posisi lebih buruk dari seekor hewan. Hal ini Allah jelaskan dalam surat Al A’raf 179, yang artinya Mereka itu laksana binatang ternak, bahkan lebih sesat.
                Ketinggian penghambaan manusia sebagai wujud kebenaran keyakinan  yaitu dengan menegakkan kewajiban sebagai manusia, dalam hal ini saya bagi pada tiga hal, yaitu
1.       Akhlah kepada Allah
Yaitu wujud manifestasi penghambaan terhadap Allah dengan seluruh nilai nilai yang wajib bagi seorang muslim atau muslimah lakukan terhadap tuhannya, yaitu dengan melaksanakan seluruh kewajibanNya dan menjauhi laranganNya. Dengan demikian  ia telah penuhi hak tuhannya dan ia telah berakhlak pada tuhannya
2.       Akhlak kepada manusia.
Kewajiban yang harus dilakukan serta hak yang patut ia dapatkan dari manusia lainnya juga telah diatur sedemikian rupa  dari manusia ke manusia lainnya. Selaku makhluk social, manusia tidak dapat dipisahkan dari manusia lainnya. Terhadap  kedua orang tuanya, suami atau isterinya, kerabat, tetangga baik muslim atau non muslim.
3.       Akhlak kepada alam
Semua makhluk Allah dari mulai batu-batuan, jalan, binatang, orang-orang kafir yang berada di luar Negara Islam, jin, malaikat, ruh, alam ghaib, makanan, minuman dan seluruh yang ada di dunia ini, mempunyai hak masing-masing atas seorang muslim. Sehingga seorang muslim wajib atasnya memenuhi hak-hak tersebut.

Penutup
Sehinnga sangatlah memungkinkan bagi seorang guru yang memahami tugas dan fungsinya juga melaksanakan segala kewajiban yang dapat meninggikan akhlak mulianya bagi muslim dan muslimah untuk kemudian mentransformasi nilai-nilai akhlak ini kepada peserta didiknya, karena sang guru adalah yang digugu dan ditiru.


Maroji”
Al Islam karangan Said Hawwa
Menjadi Guru Profesional, Drs. Moh Uzer Usman

(oleh  Darnisah, S.Sos. disampaikan pada rapat Guru hari Selasa, 4 Desember 2012….Selamat Hari Guru)














MANAJEMEN WAKTU
(Refleksi surat al ‘Ashr dalam kehidupan )
Sebagai seorang Muslim, insyaallah hafal benar akan surat yang satu ini. Disamping singkat, mudah dihafal, bahkan dari mulai TK atau SD sudah digunakan dalam agenda harian di sekolah.  Sehingga seluruh siswa baik yang dapat membaca al qur’an atau tidak, hafal akan surat yang bernomor 103 dengan nama Al ‘Ashr.
Surat al ‘Ashr terdiri dari 3 ayat yang tergolong pada surat Makkiyah atau surat-surat yang turun di kota Mekah. Sebagaimana kita ketahui pula bahwa ayat-ayat yang turun di kota Mekah merupakan pokok-pokok ajaran Islam yang menyangkut pada pembentukan diri Rasulullah saw dan para sahabatnya sehingga hal ini tidak dapat diabaikan begitu saja karena konsekwensinya begitu besar dalam kehidupan ummat Islam.
Arti bebas dari menejemen adalah mengatur, yang memiliki beberapa prinsip yaitu Planning, Organisation, Actuating dan Controlling.  Bahkan menjadi salah satu jurusan unggulan di Fakultas Ekonomi.
Cukupkah hanya sekedar mengetahui atau mempelajari tanpa mengaplikasikan apa yang diketahui ?  terutama yang berkaitan dengan Masa atau  waktu.
Benarkah Semua Manusia berada dalam Kerugian?
Apabila kita membaca surat al ‘Ashr hanya sampai pada ayat kedua kemudian tidak melanjutkan ayat berikutnya, maka benarlah bahwa manusia itu berada dalam kerugian. Sudah tentu kita tidak ingin tergolong dalam manusia yang rugi.
Dalam Al-Qur’an, Allah sering bersumpah. Allah bersumpah dengan benda-benda, misalnya Wasy Syamsi. Demi Matahari (QS. Al-Syams 1). Allah bersumpah dengan waktu, misalnya Wadh Dhuhâ. Demi waktu dhuha. Wallaili idzâ sajâ. Demi malam apabila mulai gelap (QS. Al-Dhuha 1-2). Allah juga bersumpah dengan jiwa: Wanafsiw wa mâ sawwâhâ. Demi jiwa dan yang menyempurna-kannya (QS. Al-Syams 7). Namun, Allah paling sering bersumpah dengan waktu: Lâ uqsimu bi yaumil qiyâmah. Kami bersumpah dengan hari kiamat. (QS. Al-Qiyamah  1), Wallaili idzâ yaghsyâ, wannahâri idzâ tajallâ. Demi malam apabila gelap dan demi siang apabila terang benderang (QS. Al-Lail  1-2). Dalam surat Al-’Ashr ini Allah bersumpah dengan waktu: Wal-’Ashr.
Menurut Ibnu Katsir, surat Al-’Ashr merupakan surat yang sangat populer di kalangan para sahabat. Setiap kali para sahabat mengakhiri suatu pertemuan, mereka menutupnya dengan surat Al-’Ashr.
Imam Syafi’I dan juga Tafsir Mizan menyatakan bahwa walaupun surat Al-’Ashr pendek, tapi ia menghimpun hampir seluruh isi Al-Qur’an. Kalau Al-Qur’an tidak diturunkan seluruhnya dan yang turun itu hanya surat Al-’Ashr saja, maka itu sudah cukup untuk menjadi pedoman umat manusia.
Surat ini diawali dengan kata Wal-’Ashr, demi masa (Rasulullah). Masa Rasulullah dianggap seluruh mazhab sebagai masa yang paling penting. Dikarenakan masa itu ialah ‘Ashrut tasyri’ (masa ditetapkannya syari’at), masa diturunkannya Al-Qur’an, dan masa dikembangkannya agama Islam. Selanjutnya Thabathaba’i menyatakan, “Inilah masa terbitnya Islam di tengah-tengah masyarakat manusia dan masa munculnya kebenaran di atas kebatilan.”
Kesimpulannya, dari surat yang pendek ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa kita berada pada tingkat yang rendah atau dalam kerugian apabila kita tidak mengembangkan diri kita dengan iman dan amal saleh. Masyarakat kita juga menjadi masyarakat yang rendah bila kita tidak menegakkan Al-Haq dan Ash-Shabr di tengah-tengah masyarakat kita.
Ayat kedua menyebutkan Innal insãna lafi khusr yang artinya: sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kata insan, menurut Muthahhari, mengandung penafsir-an bahwa di dalam manusia itu ada dua sifat, yaitu sifat Hayawaniyah dan sifat Insaniyah (sifat-sifat kebinatangan dan sifat-sifat kemanusiaan). Manusia dalam sifat kebinatangannya sama dengan binatang yang lain, misalnya ingin makan, minum, menghindari hal yang menyakitkan, dan ingin memperoleh kenikmatan dalam hidup. Muthahhari membedakan antara istilah kenikmatan dan kebahagiaan (pleasure dan happiness). Binatang itu tidak pernah memiliki happiness, tetapi memiliki pleasure. Dari segi ini, kita pun sama halnya dengan binatang. Kalau Anda makan yang enak, Anda belum tentu bahagia, tetapi pasti Anda memperoleh pleasure (kenikmatan). Tapi misalnya jika Anda adalah seorang suami yang pergi jauh merantau dan pulang ke tanah air setelah sekian tahun, ketika Anda turun dari pesawat ke lapangan terbang, di seberang sana Anda melihat isteri dan anak Anda. Anda akan berlari dan mencium anak isteri Anda. Saat itu Anda bukan hanya merasakan pleasure, tetapi juga happiness.
Tetapi manusia harus belajar untuk mengembangkan sifat-sifat kemanusiaannya. Ia harus meningkatkan dirinya dari sifat hayawaniyah kepada sifat insaniyah. Ketika Allah menyatakan innal insãna lafi khusr, maksudnya ialah bahwa manusia itu berbeda dengan binatang yang bisa memperoleh kebinatangannya tanpa melalui proses usaha. Manusia berada dalam kerugian, karena kita harus mengembangkan sifat-sifat kemanusia-an, dengan keinginan kita sendiri.
Kemudian yang dapat meningkatkan nilai insaniyah kita adalah a’mãlush shãlihat (amal saleh). Jadi nilai  seorang manusia itu diukur dari iman dan amal salehnya. Dalam Al-Qur’an dinyatakan: Wa likullin darajâtum mim mâ ‘amilû. Untuk setiap orang, derajat yang sesuai dengan amalnya (QS Al- An’am 132).
Menurut Muthahhari, amal saleh itu memiliki dua ciri. Pertama, ciri asli. Sesuatu disebut amal saleh karena memang pada zatnya sudah merupakan amal saleh. Misalnya shalat, zakat, dan berbuat baik kepada orang lain. Kedua, ciri amal saleh diukur berdasarkan hubungan dengan pelakunya. Sedangkan tawã shaubil haq wa tawã shaubish shabr (Al-’Ashr 3), adalah dua perilaku yang mengembangkan manusia secara sosial.
Nilai suatu masyarakat juga diukur dari iman dan amal saleh. Masyarakat yang rendah adalah masyarakat yang tidak beriman dan tidak beramal saleh atau masyarakat barbar, masyarakat biadab.
Menurut surat Al-’Ashr ini, kita punya kewajiban bukan hanya mengembangkan sifat insaniyah kita, tetapi juga kewajiban untuk mengembangkan masyarakat insaniyah atau masyarakat yang memiliki sifat kemanusiaan
Dengan memenej seluruh waktu dalam kehidupan dengan tidak melupakan prinsip-prinsip dari menejemen maka kita berharap kita tidak termasuk kepada golongan orang yang merugi.
Planning, dalam merencanakan kegiatan-kegiatan adalah keniscayaan bagi setiap manusia. Bahkan kita sulit menjaga keteraturan kerja bila tidak memiliki perencanaan terlebih dahulu. Contoh kecil dalam kehidupan kita sebagai guru TK adalah sebuah Perencanaan mengajar. Kerap sekali tanpa perencanaan mengajar kita akan kesulitan menhelola kelas esok harinya
Organization adalah mengatur, yaitu menetapkan skala prioritas waktu sehingga kita dapat menempatkan mana yang paling penting dan tidak
Actuating adalah menjalankan yaitu sebagai ciri manusia hidup adalah bergerak sehingga jika kita tidak melakukan tindakan apa-apa maka kita tak akan mendapatkan apa-apa. Seluruh aktivitas yang dilaksanakan haruslah penuh dengan amal kebajikan karena manusia yang baik apabila seluruh amalnya bermanfaat (al hadits)
Controlling sebagai bentuk evaluasi yang juga tidak boleh diabaikan. Mengevaluasi segala amal dalam sebuah muhasabah adalah juga mengevaluasi segala perencanaan yang telah dibuat. Berhasil atau tidak atau sebagai tolak ukur perlu dibenahi atau tidak sebab sebaiknya hari esok lebih baik dari hari ini (al hadits)
Penutup
Kesimpulannya, dari surat yang pendek ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa kita berada pada tingkat yang rendah atau dalam kerugian apabila kita tidak mengembangkan diri kita dengan iman dan amal saleh. Masyarakat kita juga menjadi masyarakat yang rendah bila kita tidak menegakkan Al-Haq dan Ash-Shabr di tengah-tengah masyarakat kita.
Sebagai seorang Muslim yang mengimani seluruh isi Al Quranul karim, berarti harus menjadikan al Qur’an sumber dalam beramal dan beribadah
Rujukan,
-          TAFSIR SURAT AL-’ASHR Menurut MURTADHA MUTHAHHARI Dalam DURUS FIL QUR’ANIL KARIM Posted on by kajianislam
-          Kajian tentang menejemen disampaikan pada rapat guru hari selasa, 12-12-12



 
Copyright (c) 2010 RA BUNAYYA II. Design by Wordpress Themes.

Themes Lovers, Download Blogger Templates And Blogger Templates.